Malam Lailatul Qadar adalah malam yang memberikan pencerahan dan
harapan, malam untuk berkhalwat dengan Tuhan dan malam untuk terbebas
dari segala dosa. Pintu surga telah terbuka lebar kepada penduduk bumi
dan semerbak harum Malam Lailatul Qadar akan melumuri jiwa-jiwa yang
mencari rahmat-Nya. Pada malam itu, setiap individu berlomba untuk
mengetuk pintu rumah Tuhan sehingga mereka memperoleh limpahan rahmat
dan kasih sayang-Nya. Mereka semua meneteskan air mata dan dengan penuh
ikhlas memohon kepada
Allah Swt, "Ya Tuhan, beban dosa yang aku pikul telah membuatku
terseok-seok dalam perjalanan menuju tempat-Mu. Aku telah bergelimang
dalam dosa hingga tak bisa membedakan lagi antara kebaikan dan
keburukan. Ya Tuhan, di detik-detik istimewa ini, berilah aku kesempatan
untuk membersihkan dosa-dosaku dan bangkit dari kelalaian." Allah Swt
dalam al-Quran menyebut malam Lailatul Qadar sebagai malam
yang agung dan sebuah surat juga diturunkan dengan nama surat al-Qadr.
Ia adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan dan malam terampuninya
dosa-dosa. Mencermati ayat-ayat dari al-Quran dapat dipahami bahwa
Lailatul Qadr merupakan malam di bulan Ramadhan. Bila merujuk surat
ad-Dukhaan ayat 3, Allah Swt menyebut al-Quran diturunkan di satu malam
yang penuh berkah. Sementara dari surat al-Baqarah ayat 185 disebutkan
bahwa bulan Ramadhan adalah bulan di mana al-Quran diturunkan. Akhirnya,
dalam surat al-Qadr, Allah Swt menegaskan bahwa Kami menurunkan
al-Quran di malam Lailatul Qadr. Dari semua ayat ini dapat disimpulkan
bahwa Lailatul Qadr berada di bulan Ramadhan.
Akan tetapi, al-Quran tidak menjelaskan secara detail kapan persisnya malam Lailatul Qadar itu datang. Ucapan dan amalan Rasul Saw dan Ahlul Baitnya as menunjukkan bahwa malam Lailatul Qadar akan jatuh pada salah satu dari tiga malam 19, 21, dan 23 bulan Ramadhan. Dalam tafsir Majma' al-Bayan dari Hammad bin Usman dari Hasan bin Ali berkata, "Aku bertanya pada Aba Abdillah as tentang Lailatul Qadar. Beliau menjawab, "Carilah ia pada malam 19, 21, dan 23." Dalam beberapa hadis Ahlul Bait as disebutkan bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam ke 19, 21, dan 23. Dalam riwayat yang lain disebutkan terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Para ahli tafsir mengatakan bahwa alasan di balik penamaan malam penuh berkah ini dengan Qadar (ketentuan atau takdir) karena seluruh takdir manusia ditentukan di malam ini. Tapi jangan dimaknai bahwa itu berarti bertentangan dengan kebebasan dan kehendak manusia. Karena takdir Ilahi yang ditentukan lewat para malaikat berdasarkan pada kapasitas, potensi, derajat keimanan dan kesucian niat dan perbuatan mereka. Artinya, Allah Swt menakdirkan sesuatu yang memang layak. Atau dengan kata lain, manusia sendirilah yang telah menyiapkan sarananya. Malam Lailatul Qadar menyimpan sejuta keutamaan di antaranya, keagungan luar biasa, malam diturunkannya al-Quran, malam turunnya malaikat dan ruh, lebih mulia dari 1000 bulan, malam rahmat dan kesejahteraan, malam penuh berkah, dan malam penentuan takdir. Malam Lailatul Qadar adalah malam penuh pengharapan dan keselamatan. Mulai dari permulaan malam hingga terbit fajar dipenuhi dengan cahaya llahi yang menyinari hamba-hamba-Nya. Menurut sejumlah riwayat, di malam ini, syaitan dibelenggu oleh Allah Swt. Dengan demikian malam ini adalah malam yang sangat penting dan istimewa.
Rahmat Ilahi di malam Lailatul Qadar tercurah kepada para hamba sesuai dengan kapasitas mereka. Malam mulia ini merupakan sebuah kesempatan emas untuk memperbanyak doa dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Malam Lailatul Qadar juga kesempatan bagi manusia untuk merenungkan kembali jati dirinya, siapa dia sebenarnya, dari mana asalnya dan hendak kemana? Dengan demikian, kesempatan yang tersisa dapat ia manfaatkan untuk menebus kesalahan dan dosa-dosa yang dilakukannya selama ini. Malam Lailatul Qadar juga kesempatan bagi manusia untuk bertaubat sehingga ia selamat dari kehancuran total.
Pada malam-malam Lailatul Qadar, kita dianjurkan untuk tidak tidur dan menyibukkan diri dengan berbagai amalan seperti, membaca al-Quran, berdoa, dan mendirikan shalat. Tahajud dan doa merupakan sarana yang paling tepat untuk memperoleh pencerahan dan meraih berkah Lailatul Qadar. Al-Quran dalam berbagai ayatnya memuji mereka yang menghidupkan malamnya dan bangun di waktu sahar untuk shalat tahajud. Malam Lailatul Qadar merupakan sebuah kesempatan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah Swt. Sebenarnya, taubat merupakan amalan terpenting di malam tersebut. Sayid bin Thawus berkenaan dengan kondisi terbaik taubat mengatakan, "Kondisi lahiriyah dan batin seorang hamba yang beristighfar harus benar-benar khusyu' dan memohon ampunan dengan tulus dari Dzat yang maha mengetahui seluruh rahasia. Jika pada saat itu, hati seorang hamba lalai dan tidak fokus, atau memohon ampunan kepada Allah dengan rasa malas, maka istighfar seperti itu termasuk di antara dosa." Doa merupakan sarana terbaik untuk membangun komunikasi dengan Tuhan dan salah satu doa yang sangat dianjurkan untuk dibaca pada malam Lailatul Qadar adalah doa Jausyan Kabir. Malaikat Jibril telah mengajarkan doa itu kepada Rasul Saw dan di dalamnya Tuhan dipuji dengan berbagai nama dan sifat-Nya. Dalam salah satu bait doa Jausyan Kabir disebutkan bahwa, "Wahai sebaik-baik pengampun, wahai sebaik-baik pembuka, wahai sebaik-baik penolong, wahai sebaik-baik penguasa, wahai sebaik-baik pemberi rezeki, Maha Suci Engkau, wahai (Yang) tiada Tuhan selain Engkau, curahkanlah pertolongan-Mu, curahkanlah pertolongan-Mu, bebaskanlah kami dari (jeratan) api neraka ya Tuhanku." Mengingat malam Lailatul Qadar adalah malam turunnya al-Quran, maka sebaik-baiknya janji seorang hamba dengan Tuhannya adalah memperbanyak membaca kitab suci ini. Membaca al-Quran dengan penuh penghayatan akan membawa pengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Hal yang akan mengantarkan kita pada hakikat adalah menghayati isi al-Quran." Oleh karena itu, malam Lailatul Qadar merupakan kesempatan terbaik untuk menyucikan diri dengan al-Quran dan membersihkan hati dan pikiran. Menghidupkan malam Lailatul Qadar harus dimaknai dengan menjauhkan hati dan jiwa dari sifat lalai, singkatnya harus senantiasa sadar. Kondisi ini akan menjadi sarana bagi manusia untuk tetap sadar menapak jalan kebahagiaan dan ketakwaan. Kontemplasi di malam mulia ini harus menjadi sebuah pemikiran untuk lebih maju dan menggerakkan manusia dari stagnasi. Betapa indahnya seorang hamba di malam mulia seperti Lailatul Qadar memikirkan masa depannya dan tujuan dari penciptaannya. Alangkah bijaknya bila manusia melihat kembali umur yang telah dihabiskannya dan mulai meneliti di mana yang positif dan negatif. Dengan cara ini, betapa banyak cara pandang terhadap dunia yang dapat diperbaiki. Mengisi malam mulia ini dengan berpikir terkadang dapat mempengaruhi manusia sehingga ia mengubah 180 derajat jalur kehidupannya. Aktivitas ilmiah dan berpikir di malam penuh berkah ini memang benar-benar dianjurkan oleh para ulama. Karena dampaknya juga luar biasa bagi setiap orang yang melakukannya. Para ulama sendiri mengisi malam Lailatul Qadar dengan berpikir, seperti yang dilakukan oleh mufassir besar Allamah Tabha'thaba'i. Beliau di akhir buku tafsirnya al-Mizan menulis, "Penulisan buku ini telah selesai di malam Lailatul Qadar, tanggal 23 Ramadhan tahun 1390 Hijriah Qamariah." Selamat meraih Lailatul Qadar.
Akan tetapi, al-Quran tidak menjelaskan secara detail kapan persisnya malam Lailatul Qadar itu datang. Ucapan dan amalan Rasul Saw dan Ahlul Baitnya as menunjukkan bahwa malam Lailatul Qadar akan jatuh pada salah satu dari tiga malam 19, 21, dan 23 bulan Ramadhan. Dalam tafsir Majma' al-Bayan dari Hammad bin Usman dari Hasan bin Ali berkata, "Aku bertanya pada Aba Abdillah as tentang Lailatul Qadar. Beliau menjawab, "Carilah ia pada malam 19, 21, dan 23." Dalam beberapa hadis Ahlul Bait as disebutkan bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam ke 19, 21, dan 23. Dalam riwayat yang lain disebutkan terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Para ahli tafsir mengatakan bahwa alasan di balik penamaan malam penuh berkah ini dengan Qadar (ketentuan atau takdir) karena seluruh takdir manusia ditentukan di malam ini. Tapi jangan dimaknai bahwa itu berarti bertentangan dengan kebebasan dan kehendak manusia. Karena takdir Ilahi yang ditentukan lewat para malaikat berdasarkan pada kapasitas, potensi, derajat keimanan dan kesucian niat dan perbuatan mereka. Artinya, Allah Swt menakdirkan sesuatu yang memang layak. Atau dengan kata lain, manusia sendirilah yang telah menyiapkan sarananya. Malam Lailatul Qadar menyimpan sejuta keutamaan di antaranya, keagungan luar biasa, malam diturunkannya al-Quran, malam turunnya malaikat dan ruh, lebih mulia dari 1000 bulan, malam rahmat dan kesejahteraan, malam penuh berkah, dan malam penentuan takdir. Malam Lailatul Qadar adalah malam penuh pengharapan dan keselamatan. Mulai dari permulaan malam hingga terbit fajar dipenuhi dengan cahaya llahi yang menyinari hamba-hamba-Nya. Menurut sejumlah riwayat, di malam ini, syaitan dibelenggu oleh Allah Swt. Dengan demikian malam ini adalah malam yang sangat penting dan istimewa.
Rahmat Ilahi di malam Lailatul Qadar tercurah kepada para hamba sesuai dengan kapasitas mereka. Malam mulia ini merupakan sebuah kesempatan emas untuk memperbanyak doa dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Malam Lailatul Qadar juga kesempatan bagi manusia untuk merenungkan kembali jati dirinya, siapa dia sebenarnya, dari mana asalnya dan hendak kemana? Dengan demikian, kesempatan yang tersisa dapat ia manfaatkan untuk menebus kesalahan dan dosa-dosa yang dilakukannya selama ini. Malam Lailatul Qadar juga kesempatan bagi manusia untuk bertaubat sehingga ia selamat dari kehancuran total.
Pada malam-malam Lailatul Qadar, kita dianjurkan untuk tidak tidur dan menyibukkan diri dengan berbagai amalan seperti, membaca al-Quran, berdoa, dan mendirikan shalat. Tahajud dan doa merupakan sarana yang paling tepat untuk memperoleh pencerahan dan meraih berkah Lailatul Qadar. Al-Quran dalam berbagai ayatnya memuji mereka yang menghidupkan malamnya dan bangun di waktu sahar untuk shalat tahajud. Malam Lailatul Qadar merupakan sebuah kesempatan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah Swt. Sebenarnya, taubat merupakan amalan terpenting di malam tersebut. Sayid bin Thawus berkenaan dengan kondisi terbaik taubat mengatakan, "Kondisi lahiriyah dan batin seorang hamba yang beristighfar harus benar-benar khusyu' dan memohon ampunan dengan tulus dari Dzat yang maha mengetahui seluruh rahasia. Jika pada saat itu, hati seorang hamba lalai dan tidak fokus, atau memohon ampunan kepada Allah dengan rasa malas, maka istighfar seperti itu termasuk di antara dosa." Doa merupakan sarana terbaik untuk membangun komunikasi dengan Tuhan dan salah satu doa yang sangat dianjurkan untuk dibaca pada malam Lailatul Qadar adalah doa Jausyan Kabir. Malaikat Jibril telah mengajarkan doa itu kepada Rasul Saw dan di dalamnya Tuhan dipuji dengan berbagai nama dan sifat-Nya. Dalam salah satu bait doa Jausyan Kabir disebutkan bahwa, "Wahai sebaik-baik pengampun, wahai sebaik-baik pembuka, wahai sebaik-baik penolong, wahai sebaik-baik penguasa, wahai sebaik-baik pemberi rezeki, Maha Suci Engkau, wahai (Yang) tiada Tuhan selain Engkau, curahkanlah pertolongan-Mu, curahkanlah pertolongan-Mu, bebaskanlah kami dari (jeratan) api neraka ya Tuhanku." Mengingat malam Lailatul Qadar adalah malam turunnya al-Quran, maka sebaik-baiknya janji seorang hamba dengan Tuhannya adalah memperbanyak membaca kitab suci ini. Membaca al-Quran dengan penuh penghayatan akan membawa pengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Hal yang akan mengantarkan kita pada hakikat adalah menghayati isi al-Quran." Oleh karena itu, malam Lailatul Qadar merupakan kesempatan terbaik untuk menyucikan diri dengan al-Quran dan membersihkan hati dan pikiran. Menghidupkan malam Lailatul Qadar harus dimaknai dengan menjauhkan hati dan jiwa dari sifat lalai, singkatnya harus senantiasa sadar. Kondisi ini akan menjadi sarana bagi manusia untuk tetap sadar menapak jalan kebahagiaan dan ketakwaan. Kontemplasi di malam mulia ini harus menjadi sebuah pemikiran untuk lebih maju dan menggerakkan manusia dari stagnasi. Betapa indahnya seorang hamba di malam mulia seperti Lailatul Qadar memikirkan masa depannya dan tujuan dari penciptaannya. Alangkah bijaknya bila manusia melihat kembali umur yang telah dihabiskannya dan mulai meneliti di mana yang positif dan negatif. Dengan cara ini, betapa banyak cara pandang terhadap dunia yang dapat diperbaiki. Mengisi malam mulia ini dengan berpikir terkadang dapat mempengaruhi manusia sehingga ia mengubah 180 derajat jalur kehidupannya. Aktivitas ilmiah dan berpikir di malam penuh berkah ini memang benar-benar dianjurkan oleh para ulama. Karena dampaknya juga luar biasa bagi setiap orang yang melakukannya. Para ulama sendiri mengisi malam Lailatul Qadar dengan berpikir, seperti yang dilakukan oleh mufassir besar Allamah Tabha'thaba'i. Beliau di akhir buku tafsirnya al-Mizan menulis, "Penulisan buku ini telah selesai di malam Lailatul Qadar, tanggal 23 Ramadhan tahun 1390 Hijriah Qamariah." Selamat meraih Lailatul Qadar.