AKIDAH IMAM SYAFI’I TENTANG AHLUL BAIT
(dalam syait-syair beliau)
Abu Hamzah al-Qomari
Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Idris al-Syafi’i (204 H) rahimahullah berkata:
آلُ النَّبِيِّ ذَرِيْعَتِيْ *** وَهُمُوْ إِلَيْهِ وَسِيْلَتِـــيْ
أَرْجُوْ بِهِمْ أُعْطَى غَداً*** بِيَدِيْ اْليَمِيْنِ صَحِيْفَتِيْ
Keluarga Nabi adalah sebabku.
Mereka menjadi wasilah (jalan penghubung)ku kepada beliau i .
Aku harapkan sebab mereka, besuk aku diberi
Buku catatanku dengan tangan kananku.
(Diwan al-Imam al-Syafi’I, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, hal. 40)
●●●
Imam Syafi’I-Rahaimahullah- juga berkata:
قَالُوْا تَرَفَّضْتَ قُلْتُ : كَـــلاَّ *** مَا الرَّفْضُ دِيْنِيْ وَلاَ إِعْتِقَادِيْ
لَكِنْ تَوَلَّيْتُ غَيْرَ شَــــكِّ *** خَيْرَ إِمَامٍ وَخَيْرَ هـَـادِي
إِنْ كاَنَ حُبُّ الْوَلِيّ رّفْضاً *** فَإِنَّ رَفْضِيْ إِلَى اْلعِبَــــادِ
Mereka berkata: “Engkau menjadi Syiah Rafidhah.” Aku berkata: “Sekali-kali tidak!”
Rafidhah bukanlah agama dan keyakinanku.
Akan tetapi aku berwala` (meyakini sebagai wali) tanpa ragu-ragu
Kepada sebaik-baik imam dan sebaik-baik pemberi petunjuk.
Jika kecintaanku kepada Wali itu yang disebut rafdh (menolak)
Maka sifat penolakanku aku tujukan kepada para hamba (yang menuduhku)
(Diwan al-Imam al-Syafi’I, 58)
●●●
Imam Syafi’i juga berkata:
إِذَا نَحْنُ فَضَّلْنَا عَلِياً فَإِنَّنَـــــا *** رَوَافِضُ بِالتَّفْضِيْلِ عِنْدِ ذَوِي الْجَهْلِ
وَفَضْلُ أَبِيْ بَكْرٍ إِذَا مَا ذَكَرْتُـــهُ *** رُمِيْتُ بِنَصْبٍ عِنْدَ ذِكْرِيْ لِلْفَضْلِ
فَلاَ زِلْتُ ذَا رَفْضٍ وَنَصْبٍ كِلاَهُمَا *** بِحُبِّيْهِمَا حَتَّى أُوْسَدَ فِي الرَّمْلِ
Jika kami menyebutkan kelebihan Ali maka kami
Dianggap Syiah Rafidhah sebab tafdhil (menyebut kelebihan Ali) ini, di mata orang-orang jahil
Sedangkan keutamaan Abu Bakar jika aku sebutkan
Maka aku dituduh Nashibah (kelompok yang memusuhi Ahlul Bait), ketika aku menyebutkan kelebihannya
(Biarlah), Aku senantiasa “Rafidhah” (mencintai Ali) dan “Nashibah” (mencintai Abu Bakar) sekaligus
Yaitu dengan mencintai keduanya (Abu Bakar dan Ali /sahabat dan ahlul bait) hingga aku terkubur dalam tanah.
(Diwan al-Imam al-Syafi’I, 89)
●●●
Imam Syafi’I -Rahaimahullah- berkata:
إِذَا فِيْ مَجْلِسٍ نَذْكُرُ عَلِيّــاً *** وَسِبْطَيْهِ وَفَاطِمَةَ الزَّكِيَّـةَ
يُقَالُ تَجَاوَزُوْا يَا قَوْمُ هَــذَا *** فَهَذَا مِنْ حَدِيْثِ الرَّافِضَـةِ
بَرِئْتُ إِلىَ الْمُهَيْمِنِ مِنْ أُنَاسٍ *** يَرَوْنَ الرَّفْضَ حُبَّ الْفَاطِمَةِ
Jika dalam suatu majelis kami menyebutkan Ali,
Kedua cucu Nabi serta Fathimah yang suci
Dikatakan kepadaku, ‘tinggalkan ini wahai kaum
Karena ini termasuk obrolan kaum Rafidhah’
Aku berlepas diri kepada Yang Maha Perkasa dari manusia
yang menilai bahwa mencintai Fathimah itu adalah Rafidhah
(Diwan al-Imam al-Syafi’I, 113)
●●●
Imam al-Syafi’I berkata:
يَا رَاكِباً قِفْ بِالْمُحَصَّبِ مِنْ مِنَـى *** وَاهْتُفْ بِقَاعِدِ خَيْفِهَا وَالنَّاهِضِ
سَحَراً إِذَا فَاضَ الْحَجِيْجُ إِلَى مِنَى *** فَيْضاً كَمُلْتَطِمِ الْفُرَاتِ الْفَائِضِ
إِنْ كَانَ رَفْضاً حُبُّ آلِ مُحَمَّـدِ *** فَلْيَشْهَدِ الثَّقَلاَنِ أَنِّيْ رَافِضِـيّ
Wahai pengendara berhentilah di Muhashab*, dari Mina
Dan serukan di tanah datar di Masjid Khaif dan di datarn tingginya
Di waktu akhir malam ketika jamaah haji tumpah ruah di Mina
Meluber seperti air sungai Eufrat yang melimpah:
‘Jika yang dimaksud dengan Rafidhah itu adalah mencintai keluarga Muhammad
Maka silakan jin dan manusia bersaksi bahwa aku adalah seorang Rafidhi (artinya: seorang yang mencintai Keluarga Nabi)’.
(Diwan al-Imam al-Syafi’I, 73)
Muhashshab: Tempat melempar jamarat di Mina
●●●
Imam Syafi’i -Rahaimahullah- berkata:
يَا آلَ بَيْتِ رَسُوْلِ اللهِ حُبُّكُـْم *** فَرْضٌ مِنَ اللهِ فِي الْقُرْآنِ أَنْزَلَهُ
يَكْفِيْكُمْ مِنْ عَظِيْمِ اْلفَخْرِ أَنَّكُمْ *** مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْكُمْ لاَ صَلاَةَ لَهُ
Wahai keluarga Rasulullah, mencintai kalian
Adalah kewajiban dari Allah dalam al-Qur`an yang Dia turunkan
Cukuplah bagi kalian, keagungan dari kebanggaan, bahwa kalian
Bahwa siapa yang tidak bershalawat kepada kalian berarti ia tidak ada shalat baginya.
(Diwan al-Imam al-Syafi’I, 89)*