Doa dan Dzikir Peziarah Menggema Sepanjang Hari
Hampir setiap hari makam ulama besar KH MOH KHOLIL, tak pernah sepi oleh para peziarah yang datang dari berbagai daerah. Mereka datang untuk berdoa kepada Allah S.W.T, agar keinginan yang dimohonkan cepat terkabul. Ada yang ingin shaleh seperti almarhum semasa hidupnya, cepat mendapatkan jodoh, ingin naik pangkat, dan sebagainya.
Kompleks pesarean KH Moh Kholil di Desa Mertajasah, Kecamatan Kota Bangkalan dengan luas 2.768 m2 itu, sejak dahulu sangat dihormati bukan saja oleh masyarakat Pulau Madura. bahkan terkenal hingga ke pelosok Nusantara, serta negara-negara tetangga.
Pesarean yang dirawat para cucu KH Moh Kholil, boleh dikatakan lengkap untuk kepentingan para peziarah dan ahli tirakat. Dari masjid untuk bersembahyang, aula sebagai peristirahatan peziarah, terutama bagi yang ingin bermalam. Demikian pula kantor pengurus yang dijaga setidaknya 5 orang sebagai tugas harian.
Dari jantung kota Bangkalan, pesarean itu hanya berjarak 4 km. Setiap hari tak kurang ratusan peziarah dan ahli tirakat menggaungkan dzikir dan ayat suci Al Qur'an, merupakan agenda harian yang tak pernah kunjung surut.
Tentu saja, kedatangan para peziarah tidak hanya ingin dzikir atau berdoa di pesarean Syekh Moh Kholil. Namun ada permohonan yang tersirat dari kalbu mereka. Diantaranya memohon barokah ingin cepat segala hajatnya terkabul, ingin sembuh dari penyakit. Mencari jodoh, ingin naik pangkat.
Pesarean KH Moh Kholil tidak sama dengan makam-makam sunan Wali Songo yang tersebar di pulau jawa. Karena Pesarean KH Moh Kholil terbuka untuk umum 24 jam, dan hanya pada waktu tertentu saja didatangi peziarah.
Masjid Syekh Moh. Kholil bin Abdul Latief di Desa Martajasah, Bangkalan - Madura
Masjid Syekh Moh. Kholil Desa Martajasah
Dalam catatan buku tamu, pesarean KH Moh Kholil setiap harinya dikunjungi tak kurang 750-1500 wisatawan dan 250-500 peziarah. Jumlah ini menurut Drs, fathur Rahman Said SH yang pernah mengadakan penelitian untuk kepentingan menyusun Skripsinya, belum termasuk pengunjung yang berdomisili Bangkalan dan para santri yang terbiasa tidak melapor ke pesarean.
Fathur Rahman menambahkan, peziarah yang duduk terperkur dan bersimpuh dalam ruangan kecil berukuran 4,5 X 10 m2 dengan beragam doa dan mengalunkan ayat suci Al Qur'an yang membuat suasana jadi sakral, berdatangan dari Bogor, Sukabumi (Jawa barat), Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Bali, bahkan dari Malaysia dan Brunei Darussalam. Ditambah lagi dari Jawa Timur yang umumnya para santri yang ada hubunganya dengan KH Moh Kholil.
Selanjutnya: Sejarah dan Kisah Tentang Syaichona Moh Kholil Bangkalan
Pusara KH Moh Kholil yang dikeramatkan itu boleh dikatakan sangat sederhana. Sebab hanya ditandai oleh dua buah batu nisan yang dibungkus oleh puluhan kain putih. Sehingga tampak isan tersebut sangat besar. kain putih tersebut dipasang oleh para peziarah yang merasa hajatnya telah dikabulkan.
Pusara KH Moh Kholil bersebelahan dengan pusara anaknya, yaitu KH Moh Imron Kholil, sedang di sebelah selatanya terdapat pusara menantunya. Yaitu KH Muntaha, ketiga pusara itu berada dalam satu tempat yang terpisah dengan makam-makam yang lain
Sumber (Hori)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar