Kitab Suci Allah SWT : Taurat, Zabur, Injil & AlQuran - Kitab Suci Agama Islam yang Wajib Diimani Kaum Muslim - Agama Islam. Dalam agama Islam dikenal empat buah kitab yang wajib kita percaya serta
kita imani. Jumlah kitab suci sebenarnya tidak dijelaskan dalam Alquran
dan juga dalam Hadis. Selain dari kitab Allah yang diturunkan melalui
rosul melalui malaikat jibril, kita juga bisa berpedoman pada hadist
nabi Muhammah SAW dan sahifah-sahifah / suhuf / lembaran firman Allah
SWT yang diturunkan pada nabi Adam, Ibrahim dan Musa AS.
Percaya pada kitab-kitab Allah SWT hukumnya adalah wajib 'ain atau wajib
bagi seluruh warga muslimin di seluruh dunia. Dilihat dari pengertian
atau arti definisi, kitab Allah SWT adalah kitab suci yang merupakan
wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui rasul-rasulnya untuk
dijadikan pedoman hidup umat manusia sepanjang masa. Orang yang
mengingkari serta tidak percaya kepada Alquran disebut orang-orang yang
murtad.
Daftar kitab Allah SWT beserta Rasul penerima wahyunya :
1. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS berbahasa Ibrani
Kitab Taurat atau Torah dalam bahasa Ibrani adalah lima kitab pertama
Tanakh atau Alkitab Perjanjian Lama. Kitab Taurat dalam bahasa Yunani
disebut Pentateukh.
Kelima kitab ini adalah:
l Kejadian, bahasa Latin: Genesis, bahasa Ibrani: beresyit (בראשית),
l Keluaran, bahasa Latin: Exodus, bahasa Ibrani syemot (שמות),
l Imamat, bahasa Latin: Leviticus, bahasa Ibrani wayyikra (ויקרא),
l Bilangan, bahasa Latin: Numerii, bahasa Ibrani bemidbar (במדבר) dan
l Ulangan, bahasa Latin: Deuteronomium, bahasa Ibrani debarim (דברים).
Nama-nama
Latin berasal dari Septuaginta. Kelima buku pertama ini dianggap
penting karena kelima buku ini memuat peraturan-peraturan yang
dipercayai ditulis oleh Musa.
Menurut tradisi kitab Taurat ditulis
oleh nabi Musa, sedang kematiannya yang tercatat pada Kitab Ulangan
pasal 34 dituliskan oleh penerusnya, Yosua.Contoh serupa adalah kitab
Yeremia, yang pada akhirnya di kitab tersebut dituliskan "sampai di
sinilah perkataan-perkataan Yeremia" (Yeremia 51:64) namun kitab
tersebut masih dilanjutkan (kebanyakan berisi sejarah dan kejadian yang
terjadi setelah perkataan Yeremia berakhir).
Kata Taurat sendiri
sebenarnya berarti pengajaran oleh Allah. Kata ini diterapkan kepada
Kesepuluh Hukum (Dasa Titah), kemudian pada segala hukum dan peraturan
dari Tuhan.
Orang Samaria mengakui kelima kitab Taurat ini sebagai
kitab suci mereka, namun mereka menolak kitab-kitab lainnya yang
terdapat di dalam Perjanjian Lama
2. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS berbahasa Qibti
Zabur (bahasa Arab: زبور) disamakan oleh sebagian ulama dengan Mazmur,
yang menurut Islam, adalah salah satu kitab suci yang diturunkan sebelum
Al-Qur'an (selain Taurat dan Injil).
Istilah zabur adalah persamaan
dengan istilah Ibrani zimra, bermaksud "lagu, musik." Ia, bersama dengan
zamir ("lagu") dan mizmor ("mazmur" atau psalm), merupakan derivasi
zamar, artinya "nyanyi, nyannyikan pujian, buatkan musik."
Umat
Muslim percaya bahwa zabur adalah kitab suci yang diturunkan Allah
kepada kaum Bani Israil melalui utusannya yang bernama Nabi Daud
Zabur menurut hadits
Satu hadits dari sahih Bukhari, mengatakan: Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah bersabda,
"Pembacaan
Zabur dimudahkan bagi Daud. Dia sering mengarahkan agar binatang
tunggangannya diletakkan pelana, dan mampu menghabiskan bacaan Zabur
sebelum pelana siap diletakkan. Dan dia tidak akan makan tetapi hasil
dari kerjanya sendiri."
3. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS berbahasa Suryani
Injil (Yunani: ευαγγέλιον/euangelion - "kabar baik" atau "berita baik"
atau "berita suka cita") adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
keempat kitab pertama dalam Alkitab Perjanjian Baru. Kitab-kitab
tersebut adalah: Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil
Yohanes. Kata injil sendiri berasal dari bahasa Arab
Injil biasanya mengandung arti:
l
Pemberitaan tentang aktivitas penyelamatan Allah di dalam Yesus dari
Nazaret atau berita yang disampaikan oleh Yesus dari Nazaret. Inilah
asal-usul penggunaan kata "Injil" menurut Perjanjian Baru (lihat Surat
Roma 1:1 atau Markus 1:1).
l Dalam pengertian yang lebih populer,
kata ini merujuk kepada keempat Injil kanonik (Matius, Markus, Lukas dan
Yohanes) dan kadang-kadang juga karya-karya lainnya yang non-kanonik
(mis. Injil Tomas), yang menyampaikan kisah kehidupan, kematian, dan
kebangkitan Yesus.
l Sejumlah sarjana modern menggunakan istilah
"Injil" untuk menunjuk kepada sebuah genre hipotetis dari sastra Kristen
perdana (bdk. Peter Stuhlmacher, ed., Das Evangelium und die
Evangelien, Tübingen 1983, juga dalam bahasa Inggris: The Gospel and the
Gospels).
Kata "injil" dipergunakan oleh Paulus sebelum kitab-kitab
Injil dari kanon Perjanjian Baru ditulis, ketika ia mengingatkan
orang-orang Kristen di Korintus "kepada Injil yang aku beritakan
kepadamu" (1 Korintus 15:1). Melalui berita itu, Paul menegaskan, mereka
diselamatkan, dan ia menggambarkannya di dalam pengertian yang paling
sederhana, sambil menekankan penampakan Kristus setelah kebangkitan
(15:3-8):
"... bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai
dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah
dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia
telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas
murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus
saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang,
tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan
diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir
dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada
anak yang lahir sebelum waktunya."
Penggunaan kata injil (atau
ekuivalennya dalam bahasa Yunani evangelion) untuk merujuk pada suatu
genre tulisan yang khas yang berasal dari abad ke-2. Kata ini jelas
digunakan untuk menunjuk suatu genre dalam Yustinus Martir (l.k. 155)
dan dalam pengertian yang lebih kabur sebelumnya dalam Ignatius dari
Antiokhia (l.k. 117).
Kitab Injil beraksara Arab-Melayu yang disebarkan Belanda di Kalimantan Selatan koleksi Museum Lambung Mangkurat.
Kitab
Perjanjian Baru terbit antara tahun 50 dan 100 Masehi. Yang mula-mula
adalah Surat-surat Paulus, kemudian barulah bagian-bagian lain. Beberapa
abad sesudah Masehi, Gereja baru mensahkan kanon Kitab Perjanjian Baru
setelah urutannya diubah dan sedapat mungkin disesuaikan dengan Sejarah
Keselamatan (Intisari Iman Kristen oleh Ds.B.J. Boland, 1964).
Umumnya
boleh dikatakan bahwa kanon Perjanjian Baru sudah ditetapkan kira-kira
pada tahun 200, secara definitif pada tahun 380 (Sejarah Gereja oleh Dr.
H. Berkhof dan Dr.I.H. Enklaar, 1962).
De Arameesche tekst van het
Mattheus-evengelie is reeds vroegtijdig gegaan. De andrere drie
evangelien, zijn in het Grieksch geschreven. De boeken van de Heilige
Schrift, zelfs de evengelien, zijn niet volkomen in de zelfds toestand
bewaard gebleven, waarin zijoorspronkelijk zijn geschreven. Daar de
boekdrukkeenst niet bestond, warden zij eeuwen long telkens
overgeschreven en hijdat overschrijoen werden soms woorden uitgelaten,
verwisseld of verkeerd geschreven ... Artinya : Injil Matius yang
berbahasa Arami telah lama hilang. Tiga Injil lainnya ditulis dalam
bahasa Yunani. Buku-buku dari Kitab Suci juga injil-injilnya tidak
tersimpan dengan sempurna dalam keadaan yang sama, dalam mana itu
asalnya ditulis. Karena tidak adanya cetak-mencetak buku maka seringkali
dilakukan pemindahtulisan berabad-abad lamanya, dan dalam
memindahtuliskan itu kadang-kadang terjadi penghapusan kata-kata,
penukaran kata-kata atau penulisan terbalik ... (Het Evangelie, 1929,
Badan Perpustakaan Petrus Canisius)
Injil kanonik
Dari banyak injil yang ditulis, ada empat injil yang
diterima sebagai bagian dari Perjanjian Baru dan dikanonkan. Hal ini
merupakan tema utama dalam sebuah tulisan oleh Irenaeus, l.k. 185.
Dalam
tulisannya yang diberi judul "Melawan Kesesatan" Irenaeus menentang
beberapa kelompok Kristen yang menggunakan hanya satu Injil saja,
seperti kelompok Marsion - yang menggunakan versi Injil Lukas yang sudah
diubah sedemikian rupa. Irenaeus juga menentang beberapa kelompok yang
menekankan tulisan-tulisan berisi wahyu-wahyu baru, seperti kelompok
Valentinius (A.H. 1.11.9).
Irenaeus menyatakan bahwa ada empat injil yang adalah tiang-tiang gereja.
“tak
mungkin ada lebih atau kurang daripada empat," katanya, sambil
mengajukan analogi sebagai logikanya bahwa ada empat penjuru dunia dan
empat arah angin (1.11.8). Citranya ini, yang diambil dari Kitab
Yehezkiel 1:10, tentang takhta Allah yang didukung oleh empat makhluk
dengan empat wajah—"Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka
singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di
belakang"— ekuivalen dengan Injil yang "berwajah empat", adalah
lambang-lambang konvensional dari para penulis Injil: singa, lembu,
rajawali, dan manusia. Irenaeus berhasil menyatakan bahwa keempat Injil
itu bersama-sama, dan hanya keempat Injil inilah, yang mengandung
kebenaran. Dengan membaca masing-masing Injil di dalam terang yang
lainnya, Irenaeus menjadikan Yohanes sebagai lensa untuk membaca Matius,
Markus dan Lukas.
Pada peralihan abad ke-5, Gereja Barat di bawah
Paus Inosentus I, mengakui sebuah kanon Alkitab yang meliputi keempat
Injil yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, yang sebelumnya telah
ditetapkan pada sejumlah Sinode regional, yaitu Konsili Roma (382),
Sinode Hippo (393), dan dua Sinode Karthago (397 dan 419).[1] Kanon ini,
yang sesuai dengan kanon Katolik modern, digunakan dalam Vulgata,
sebuah terjemahan Alkitab dari awal abad ke-5 yang dikerjakan oleh
Hieronimus[2] atas permintaan Paus Damasus I pada 382.
l Injil Matius
l Injil Markus
l Injil Lukas
l Injil Yohanes
Perkiraan
kurun waktu ditulisnya injil bervariasi. Berikut perkiraan kurun waktu
yang diberikan oleh Raymond E. Brown, dalam buku-nya "An Introduction to
the New Testament", sebagai representasi atas konsensus umum para
sarjana, pada tahun 1996:
l Markus: l.k. 68-73
l Matius: l.k. 70-100
l Lukas: l.k. 80-100
l Yohanes: 90-110
Sedangkan, perkiraan kurun waktu yang diberikan dalam NIV Study Bible:
l Markus: l.k. tahun 50-an hingga awal 60-an, atau akhir 60-an
l Matius: l.k. tahun 50-70-an
l Lukas: l.k. tahun 59-63, atau tahun 70-an hingga 80-an
l Yohanes: l.k. tahun 85 hingga mendekati 100, atau tahun 50-an hingga 70
Injil Apokrif
Beberapa injil yang tidak dikanonkan mempunyai
keserupaan dalam hal isi dan gaya bahasa, dibandingkan dengan
injil-injil kanonik. Kebanyakan (yang lainnya) adalah gnostik dalam hal
isi dan gaya bahasa, mempresentasikan / mengemukakan ajaran-ajaran dari
sudut pandang yang sangat berbeda.
Injil-injil ini termasuk dalam tulisan-tulisan apokrif :
l Injil Tomas
l Injil Yudas
l Injil Filipus
l Injil Petrus
l Injil Maria Magdalena
l Injil Yakobus
l Injil Bartolomeus
l Injil Barnabas
l Injil Andreas
l Injil Nikodemus
l Injil Matias
l Injil Mesir
l Injil Ibrani
l Injil Nazaret
l Injil Ebionim (Ebionites)
l Injil Hawa
l Injil Kebenaran
l Injil Kesempurnaan
l Injil Empat Alam Surgawi (Four Heavenly Realms)
l Injil Dua Belas
l Injil Tujuh Puluh
l Injil Tadeus
l Injil Cerinthus
l Injil Basilides
l Injil Marsion
l Injil Appelles
l Injil Bardesanes
l Injil Mani
l Lihat juga "Injil Hermes" yang disalah-mengerti.
Kitab yang sering disebut sebagai Injil Barnabas adalah pemalsuan abad ke-16 M. Penulisannya menggunakan bahasa Italia.
Terjemahan
dalam bahasa Indonesia yang beredar di Indonesia diterjemahkan dari
buku yang ditulis oleh Laura dan Racc namun komentar-komentar kritisnya
tidak diterjemahkan.
4. Kitab Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berbahasa Arab
Al-Qur'an (ejaan KBBI: Alquran, dalam bahasa Arab قُرْآن) adalah kitab
suci agama Islam. Umat Islam memercayai bahwa Al-Qur'an merupakan puncak
dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat
Jibril.
Ditinjau dari segi kebahasaan (etimologi), Al-Qur’an berasal
dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca
berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari
kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat
juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17
dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
“Sesungguhnya mengumpulkan
Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu)
itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya,
hendaklah kamu ikuti bacaannya”.(75:17-75:18)
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
“Kalam
Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir di mana
membacanya termasuk ibadah”.
Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an
adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat
Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan
kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan
ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat
An-Nas"
Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai
Muslim, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad
SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Kitab Taurat yang diturunkan
kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat
Nabi Isa AS. Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti
Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Qur’an.
Nama-nama lain Al-Qur'an
l Al-Kitab, QS(2:2),QS (44:2)
l Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
l Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
l Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat): QS(10:57)
l Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
l Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
l Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
l Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
l At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)
l Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
l Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
l Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
l Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
l Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
l An-Nur (cahaya): QS(4:174)
l Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
l Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
l Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)
Al-Qur'an
terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap
surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan
286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3
ayat yakni surat Al Kautsar dan Al-‘Așr. Total jumlah ayat dalam
Al-Qur'an mencapai 6236 ayat di mana jumlah ini dapat bervariasi menurut
pendapat tertentu namun bukan disebabkan perbedaan isi melainkan karena
cara/aturan menghitung yang diterapkan. Surat-surat yang panjang
terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema
atau topik tertentu.
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap
surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan
Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu
penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan
setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase sebelum
dan sesudah hijrah ini lebih tepat,sebab ada surat Madaniyah yang turun
di Mekkah
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi
30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian
ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an
dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah
Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7
hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan
dengan pembagian subyek bahasan tertentu.
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
l
As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah,
Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
l Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
l Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
l Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya
Sejarah Al-Qur'an hingga berbentuk mushaf
l Penurunan Al-Qur'an
Dipercayai oleh umat Islam bahwa penurunan
Al-Qur'an terjadi secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Oleh para
ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode
Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun
masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini
tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak
peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada
kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.
l Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya
Penulisan (pencatatan dalam
bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai
dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
l Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW
Pada masa ketika Nabi
Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk
menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah
bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap
menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan
yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun
lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang.
Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan
ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
l Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin
Pada masa
kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang
dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa
penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang
saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta
kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat
itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid
bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah
pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu
mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan
mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah
kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang
oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.
Pada
masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat
keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh
adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah
berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia
mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf
yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang
baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara
penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan
dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang
dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini
Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara
umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid
bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik
tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai
mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata,
'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita
bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari
qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata,
'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu
pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan
perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."
Menurut
Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan
ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh
para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada
Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman
memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu
Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits
bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak
mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish
tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun
dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli
kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam,
Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf
al-Imam).
Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an
Upaya-upaya untuk
mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses
penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna)
dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap
sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau
menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan
tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.
Terjemahan
Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan
secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha
interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap
sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan
suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang
bervariasi; terkadang untuk arti hakiki, terkadang pula untuk arti
majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
l Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
l Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
l An-Nur, oleh Prof. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
l Al-Furqan, oleh A.Hassan guru PERSIS
Terjemahan dalam bahasa Inggris
l The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
l The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall
Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
l Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
l Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
l Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
l Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
l Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
l Al-Amin (bahasa Sunda)
Tafsir
Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa
hidupnya Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada
sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian
setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih
dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut. Pendekatan (metodologi) yang
digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga
perbandingan antar ayat. Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat
tafsir dengan corak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis
bahkan corak ilmiah.
Adab Terhadap Al-Qur'an
Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an,
seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu
dengan berwudhu. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara
literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.
Terjemahannya
antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat
mulia, 56-78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79. tidak
menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79)
Penghormatan
terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting
kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa
penghinaan secara sengaja terhadap Al Qur'an adalah sebuah bentuk
penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci. Berdasarkan hukum pada
beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini
dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang
menerapkan hukuman mati.
Hubungan dengan kitab-kitab lain
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab
yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam
agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam
beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut.
Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi
ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
l Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
l Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
l
Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan
pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
l Bahwa
Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita
mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian
mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa
aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain
yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.
Tambahan :
Kitab suci injil yang saat ini dijadikan kitab suci oleh
kaum nasrani / kristen katolik & protestan sangat berbeda dengan
injil yang diwahyukan kepada nabi Isa AS semasa hidupnya untuk kaumnya.
Oleh sebab itu datang Alqur'an untuk menjadi penyempurna seluruh kitab
suci yang pernah ada.