Sepanjang sejarah Islam banyak pasang surut yang terjadi. Apa yang menimpa umat Islam tentu mendapat perhatian dari Nabi Besar Muhammad Saw. Petaka yang menimpa umat Islam sudah pasti menggelisahkan Rasulullah Saw. Pada kenyataannya, umat Islam telah mengalami berbagai periode yang sangat berat dan kini telah tiba pada satu titik yang sangat determinan. Jika saat ini serius berjuang, ummat Islam pasti menemukan opsi yang dapat mengakhiri keterbelakangan, problematika, dan keternistaan yang menimpa Dunia Islam selama ini. “Kepemimpinan di jalan ini harus dipegang oleh para tokoh masyarakat, baik tokoh politik maupun tokoh ilmu dan kebudayaan, baik di lingkungan keagamaan maupun di lingkungan akademis. Mereka harus mensosialkan opsi tersebut di tengah umat Islam, ” demikian tegas Pemimpin Tinggi Revolusi Islam Iran, Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam salah satu khutbahnya. Syekh Wahbah Azzuhaili (kiri), Ayatollah Ali Taskhiri (tengah), KH Tolhah Hasan (kanan) Di luar itu, ada opsi yang lain, Itu adalah opsi membiarkan umat Islam terpasung dalam kejumudan seperti yang dikehendaki para musuh. Dengan ungkapan lain, ummat Islam cenderung membiarkan di antara mereka hilang kesadaran, gemar bertikai, berpikir dangkal, mementingkan diri sendiri, memuja dunia, dan mempertahankan para tokoh yang tidak bertanggunjawab. Jika opsi ini dipilih, maka proses menuju kesejahteraan akan semakin jauh dari jangkauan Dunia Islam, minimal hingga beberapa dekade lagi.
Fatwa Haram Mengumpat Sahabat
Belum lama ini, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar mengeluarkan fatwa haram atas penghinaan terhadap istri Nabi Besar Muhammad Saw, Aisyah. Fatwa itu mendapat sambutan luar biasa dunia Islam. Dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh sekelompok ulama dan cendekiawan dari Ahsa, Arab Saudi. Rahbar mengeluarkan fatwa tegas yang isinya sebagai berikut;
Diharamkan menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, Ahussunnah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi Saw dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri- istri para Nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia Saw.. Cucu Ayatollah Khomeini Syed Yasser Khomeini mengunjungi KH. Hasyim Muzadi
Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Mehr, fatwa yang dikeluarkan Rahbar adalah fatwa terbaru untuk kalangan Syiah dalam menyikapi penghinaan Sheikh Yaser Al-Habib atas istri Nabi Saw, Aisyah. Tidak lama setelah Rahbar mengeluarkan fatwa tersebut, media-media Arab seperti Al-Anba terbitan Kuwait, Situs Muhit, Koran Al-Safir, terbitan Lebanon dan Koran Al-Hayat terbitan London dan Situs Radio Televisi Mesir, spontan menjadikannya sebagai berita utama. Selain itu, Ahmed al-Tayeb, Sheikh al-Azhar Mesir menyatakan bahwa fatwa ini semakin penting dikarenakan yang mengeluarkannya adalah marji terbesar Syiah dan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran. Ahmed al-Tayeb dalam pernyataannya mengatakan, “Saya sangat memuji dan gembira dengan fatwa penuh berkah Rahbar Ali Khamenei terkait penistaan kepada para sahabat dan isteri Rasulullah Saw dan saya telah menerimanya. Fatwa ini dikeluarkan dengan pengetahuan sempurna, dalam dan benar soal bahaya besar yang dilakukan oleh para pelaku fitnah. Fatwa ini menggambarkan kecintaan akan persatuan Islam.”
Revolusi Islam Iran dan Persatuan
Persatuan ummat Islam sudah menjadi kebutuhan dasar yang tidak dapat dipungkiri lagi. Bahkan Pendiri Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini ra, tidak lama setelah berhasil membentuk pemerintah Islam Iran, lengsung menyerukan persatuan. Imam Khomeini mengumumkan Pekan Persatuan sebagai momentum yang tepat untuk menyerukan ummat Islam, baik Sunni maupun Syiah, supaya bersatu. Imam Khomeini menetapkan tanggal 12 hingga 17 Rabiul Awwal sebagai “Pekan Persatuan”. Tanggal 12 Rabiul Awwal adalah hari kelahiran Rasulullah saw menurut Ahli Sunnah, sementara 17 Rabiul Awwal adalah hari kelahiran Rasulullah saw menurut Syiah. Wujud suci Baginda Nabi Besar Muhammad Saw adalah titik temu terpenting bagi upaya persatuan Islam. Dunia Islam sepatutnya menjadikan poin ini sebagai titik perekat, karena empati dan simpati seluruh umat Islam terkonstrasi di sini. Ini merupakan poros kerinduan dan kecintaan Dunia Islam. Karena itu, poros inilah yang dibidik dan dijadikan sebagai sasaran pelecehan oleh kolumnis-kolumnis bayaran kaum Zionis. Tujuannya adalah mengikis secara perlahan sensitivitas orang kepada praktik-praktik pelecehan terhadap umat dan Dunia Islam. “Ini merupakan poin fundamental yang harus mendapat perhatian dari para elit politik , iimuwan, dan budayawan serta para penulis. Ini adalah syiar untuk merekatkan umat Islam satu sama lain. Umat Islam tak perlu berkutat pada masalah-masalah ikhtilafiah, saling tuduh, dan saling mengkafirkan. Yang penting sekarang bagi umat Islam ialah memupuk kecintaan dan kerinduan kita kepada Rasulullah Saw,” tegas Rahbar dalam salah satu khutbahnya. Inovasi lain Imam Khomeini untuk memperkokoh persatuan ummat Islam adalah Hari Quds Sedunia. Hari Al-Quds Sedunia yang digagas oleh Pendiri Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini, digelar secara serentak di seluruh penjuru dunia setiap Jumat terakhir bulan Ramadhan.
Tidak lama setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini ra menyatakan hari Jumat terakhir bulan Ramadhan sebagai Hari Al-Quds Sedunia. Pernyataan monumental Imam Khomeini hingga hari ini masih dipertahankan oleh ummat Islam sedunia sebagai bentuk dukungan ummat Islam dan masyarakat independen atas ketertindasan bangsa Palestina. Meski bangsa Palestina bukan bermadzhab Syiah, tapi Imam Khomeini menjadikan Palestina sebagai isu terpenting yang harus diangkat oleh ummat Islam seluruh dunia tanpa pandang madzhab. Hari Al-Quds yang digagas Imam Khomeini ra menunjukkan kepedulian beliau pada persatuan Islam seutuhnya yang tidak sebatas wacana.
Persatuan di Nusantara
Belum lama ini, tepatnya tanggal 2-3 Oktober 2010 digelar konferensi internasional di Jakarta yang tujuannya untuk memperkokoh persatuan ummat Islam . Konferensi Internasional “Fungsi Haji dalam Penguatan Kerjasama dan Persatuan Umat Islam” digelar di di Hotel Borobudur, Jakarta yang juga dihadiri Ketua PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA dan Ayatullah Muhammad Ali At-Taskhiri (Sekjend Forum Internasional At-Taqrib Bainal Madzahib Al-Islamiyyah / Penasehat Presiden Iran, Republik Islam Iran).
Dalam konforensi tersebut dikeluarkan rekomendasi konferensi yang berisi sebagai berikut:
1. Menghimbau kepada jamaah haji untuk menginternalisasi kesadaran spiritual dan substansi ibadah haji sehingga jamaah haji bisa menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalam ibadah haji dalam kehidupan sosial ketika dan setelah melaksanakan ibadah haji.
2. Meminta kepada pemimpin islam, ulama, elit dan masyarakat Islam agar menjadikan haji sebagai media untuk untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapi umat Islam masa kini sehingga pertemuan itu bukan sekedar seremonial tetapi memiliki dampak positif bagi kemajuan dan persatuan umat Islam.
3. Meminta kepada para pemimpin Islam untuk menjadi inisiator dan fasilitator agar pertemuan pemimpin Islam seperti yang dimaksud di atas terlaksana sehingga secara bertahap permasalahan umat Islam dapat terselesaikan.
4. Mengimbau kepada pihak penyelenggara haji atau pemerintah agar memakai momentum haji sebagai sarana untuk memperkuat persatuan dan kesatuan dan membangun kemajuan umat Islam dalam semua aspek.
5. Mendorong negara-negara Islam untuk memanfaatkan momentum haji sebagai sarana saling mengenal potensi masing-masing negara dalam rangka memperkuat kerjasama di bidang politik ekonomi, sosial dan kebudayaan.
6. Mengecam segala bentuk permusuhan terhadap Islam di Barat (islamofobia), pelecehan terhadap al-Qur’an dan Rasul; dan menyerukan adanya perjanjian internasional yang melarang segala bentuk pelecehan terhadap lambang-lambang agama yang suci.
7. Mengecam suara-suara yang memecah belah umat Islam.
8. Mengajak seluruh umat Islam untuk berpartisipasi aktif dalam menanggung beban bencana alam yang tejadi di Pakistan dan di negara-negara muslim yang lain untuk menunaikan kewajiban saling menolong dan solidaritas umat Islam.
9. Meminta kepada pihak-pihak terkait untuk memperhatikan rekomendasi ini dan membuat langkah-langkah strategis untuk menindaklanjutinya agar rekomendasi ini tidak sekedar tinta di atas kertas. (IRIB/NU Online/ Khamenei,ir/AR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar